Teknik Dasar Mountaineering
23 08 2012
Mountaineering berasal dari kata “mountain”
yang berarti gunung. Mountaineering adalah kegiatan mendaki gunung yang
terdiri dari tiga tahap kegiatan, yaitu :
- Hill Walking. Merupakan perjalanan pendakian bukit-bukit yang landai, tidak mempergunakan peralatan dan teknis pendakian
- Scrambling. Merupakan pendakian pada tebing batu yang tidak terlalu terjal. tangan hanya digunakan sebagai keseimbangan
- Climbing. Merupakan pendakian yang membutuhkan penguasaan teknik pendakian. bentuk climbing adalah :
- Rock climbing, yaitu pendakian pada tebing batu
- Snow ice climbing, yaitu merupakan pendakian pada es dan salju
* Dan Ke 7 sahabat ini mempunyai Quotes
"mencintai alam itu sebagian dari iman". -Nawawi ismail
"Alam tidak pernah memberi kita sampah, jadi jangan pernah memberi alam sampah". -Jendral Soeratman
"kesenangan yang alami hanya bisa didapat ditempat yang alami". -Arief siswanto
"Mendaki gunung itu bukan berfikir bagaimana caranya bisa berlari cepat sampai puncak!! tapi berfikir bagaimana caranya kaki kanan bisa berjalan satu langkah didepan kaki kiri dan kaki kiri bisa berjalan satu langkah didepan kaki kanan". -Rizky Sigit Adiputra
"menikmati makanan seadanya di puncak itu lebih puas rasanya di banding menikmati makanan enak di hotel bintang lima". -Siddik saleh
"Nikmat itu ketika di bawa ugal-ugalan sama supir bis menuju puncak :)
Mangstab". -Dimas Sukarno Putra
"Tak terduga ternyata alam lebih indah dari gandaria city ataupun pondok indah mall , haha". -Achmad Fikri (Aim)
MENGAPA MENDAKI GUNUNG????
Bagi orang awam, kegiatan petualangan seperti mendaki gunung selalu
mengundang pertanyaan klise “mau apa sih kesana???”. Pertanyaan
sederhana tapi sering membuat bingung yang ditanya atau bahkan
mengundang rasa kesal. George F. Mallory, seorang pendaki Inggris
menjawab pertanyaan tersebut “because it is there”. Mallory bersama
rekannya menghilang di everest tahun 1924. Soe hook Gie (Mapala UI)
menulis dalam puisi “Aku Cinta Pangarango; karena aku mencintai
kebenaran hidup”. Dia tewas tercekik gas beracun di puncak Mahameru
tanggal 16 Desember 1969.
Motivasi mendaki gunung memang bermacam-macam. Manusia mempunyai
kebutuhan psikologis, kebutuhan akan pengalaman baru, dan kebutuhan
untuk diakui oleh manusia lainnya. Rasa ingin tahu adalah yang mendasari
dan menjadi jiwa setiap manusia. Ini jawabanya :
TEKNIK MENDAKI GUNUNG
Mendaki gunung pada dasarnya adalah olah raga berjalan. karenanya
penguasaan teknik berjalan yang benar wajib diketahui terlebih dahulu.
berjalan di gunung tentu saja tak sama dengan berjalan di trotoar. Di
gunung anda harus berjalan dengan beban di punggung, melintasi lembah,
mendaki tebing, menuruni lereng-lereng, atau meniti
punggungan-punggungan yang tipis. Dengan medan seperti itu ditambah
dengan beban yang harus dibawa maka keseimbangan dalam berjalan di
gunung adalah mutlak.
Seperti juga pejalan kaki yang lain, anda harus berjalan dalam satu
irama yang tetap, dengan kata lain, tidak kaku seperti robot. Tidak ubah
bagai seorang penari, berjalan di gunung pun punya seni tersendiri.
Kalau seorang penari mempunyai kenikmatan tersendiri dalam melakukan
gerakan-gerakannya, maka seorang pendaki yang berjalan dalam irama
tertentu juga harus dapat merasakannya sebagai suatu kesenangan
tersendiri pula.
Ada beberapa patokan yang harus diperhatikan dalam berjalan tentu
saja melangkah, inilah hal pertama yang harus diperhatikan. Berjalanlah
dengan langkah-langkah kecil, jangan memaksakan kaki untuk mlangkah
terlalu lebar. Langkah-langkah yang terlalu lebar menyebabkan berat
badan seringkali ditunjang oleh satu kaki saja karenanya keseimbangan
badan pun gampang goyah. Dengan langkah-langkah yang kecil, berat badan
dapat ditunjang secara mantap oleh kedua kaki. Perlu di ingat bahwa kaki
bukan hanya untuk menahan berat badan, tetapi telah ditambah dengan
berat barang yang ada dalam ransel. Dengan langkah-langkah kecil,
gerakan nafas teratur, dan ini merupakan cara yang tepat untuk menghemat
tenaga.
Bagi pendaki yang berpengalaman, berjalan dua atau tiga jam tanpa
istirahat merupakan hal yang biasa. Tentu dibutuhkan kekuatan dan
stamina yang cuma dapat diperoleh melalui latihan dan pengalaman yang
tidak sedikit. Akan tetapi, sebagai ukuran minimal boleh dikatakan bahwa
berjalan satu jam dengan istirahat sepuluh menit adalah normal.
Ketika istirahat, duduklah dengan kaki yang melonjor lurus sedikit di
atas badan untuk mengembalikan darah supya mengalir normal, karena
ketika badan berjaln seluruh darah telah berpusat di kaki. Teguklah
minuman secukupnya dan makanlah beberapa makanan kecil. Usahakan agar
tidak beristirahat di tempat berangin karena udara dingin dapat
mengerutkan otot yang sedang beristirahat, dapat menyebabkan terjadi
kram pada otot.
Pilihlah lokasi istirahat yang baik. Secara psikologis lebih
menguntungkan apabila anda memilih lokasi di bagian yang tinggi. Dari
tempat ini akan tampak pemandangan yang indah, nikmatilah untuk
mengurangi perasaab lelah setelah lama berjalan. Makan dan minum
secukupnya untuk mengembalikan tenaga, kalau perlu di masak dulu agar
hangat dan segar. Ada baiknya memakan sedikit garam untuk menghindarkn
kram karena banyak keringat yang mengucur memungkinkan hilangnya garam
dari tibuh. Membawa buah segar seperti apel, pir, anggur juga sangat
membantu untuk mengembalikan tenaga. karena mengandung banyak air dan
vitamin maka mengkonsumsi buah segar juga sangat membantu.
Ketika anda berjalan perhatikan betul medan yang dihadapi. Kalau
melewati medan yang penuh kerikil dan batu-batui tajam, harap
berhati-hati karena kaki mudah tergelincir jika ceroboh. Tidak berbeda
apabila anda harus melintasi medan yang berbatu besar dan bulat seperti
bebatuan pada sungai misalnya, anda harus melintasinya dengan melompat
dari satu batu ke batu yang lain, yaitu dengan gerak sedemikian rupa
cepatnya sehingga batu yang diinjak belum lagi sempat bergulir tetapi
anda sudah melompat ke batu yang lain.
Cara di atas tentu saja berbahaya kalau kondisi anda sudah lelah.
Cara lain yang lebih aman adalah dengan menaiki satu persatu batu
tersebut, perlahan-lahan dengan memeriksa terlebih dahulu batu yang akan
di injak, agar tak gampang bergulir nantinya. Cara mana sebaiknya yang
akan dipakai, itu tergantung dari pengalaman dan tingkat kelelahan anda.
Medan yang berumput dan terjal seringkali membahayakan, terlebih
ketika basah karena hujan atau embun. Pendaki yang tidak berhati-hati
akan mudah tergelincir, terutama jika memakai sepatu yang tidak sesuai.
Demikian pula dengan medan becek, berlumpur, licin dan berbahaya.
Jangan percaya pada pohon-pohon kecil di pinggir tebing. Pohon-pohon
ini seringkali tidak cukup kuat untuk menahan bobot manusia, sehungga
mudah terabut. Btang-batang pohon itu banyak yang lapuk, lalu patah
ketika anda menekalnya dan menahan badan di situ. Kalau tidak yakin
betul, hanya guakan pohon-pohon itu sebagai keseimbangan saja.
Mendaki di lereng gunung dengan tanah berpasir lebih sulit daripada
di atas tanah keras. Setiap kali menjejak, tanah berpasir bisa melorot
ke bawah. Anda kadang-kadang perlu menyepakkan kaki ke dalam tanah pasir
itu agar tidak melorot. Orang kedua dan seterusnya dapat mengikuti
bekas jejak orang pertama supaya tidak mudah lelah, karena tanah
berpasir bekas jejak menjadi lebih keras.
Berjalan di atas punggung dari sebuah tebing yang tipis dengan jurang
menganga di sebelah kiri dan kanan merupaka kondisi kritis yang
membutuhkan teknik tersendiri untuk mengulanginya. Angin kenang yang
sering meniup akan menggoyahkan keseimbangan badan. Jangan melakukan
gerakan-gerakan yang tiba-tiba dan membahayakan. Misalnya melempar batu
atau mengayunkan tangan keras-keras. Berjalanlah dengan tenang dan penuh
konsentrasi, tetapi tetap dalam irama yang teratur dan tidak kaku.
"Vandalisme Seorang Pendaki adalah lebih baik pamer foto ke teman-teman daripada mengambil eidelweiss ataupun menulis-nulis nama di batang pohon"
Follow my Twitter: @bangKibs